Cara Kerja Busi dan
Perawatannya
Dikerjakan Oleh :
Angga Panji Satria Pratama
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Pengertian dan Cara
Memilih Busi
Busi mempunyai arti penting pada mesin bensin
seperti pada sepeda motor. Busi sebagai sumber api untuk terjadinya pembakaran.
Pada dasarnya ada tiga komponen yang menyebabkan terjadinya pembakaran, yakni
bahan bakar, oksigen atau udara, dan panas atau api.
Arus listrik tegangan
tinggi dari distributor menimbulkan (membangkitkan) bunga api dengan
temperature tinggi diantara elektroda tengah dan massa dari busi untuk
menyalakan campuran udara bahan bakar yang telah dikompresikan. Meskipun
konstruksi dari busi sederhana, tetapi busi tersebut beroperasi pada kondisi
yang sangat berat. Temperatur elektroda busi dapat mencapai kira-kira 2000°C
(3632°F) selama langkah pembakaran (kerja), tetapi kemudian akan turun drastis
pada langkah hisap karena didinginkan oleh campuran udara dan bahan bakar.
Perubahan yang sangat cepat dari panas ke dingin tersebut terjadi
berulang-ulang kali pada setiap dua putaran poros engkol.
Lebih jauh lagi, tekanan di dalam silinder juga
bervariasi antara 1 atm (760 mmHg atau 29,92 inHg atau 101,33 kPa) pada saat
langkah hisap, tetapi kemudian naik menjadi 45 atm pada langkah pembakaran
(kerja). Busi harus bisa menjaga kemampuan penyalaan untuk jangka waktu yang
lama, meskipun mengalami temperature tinggi dan perubahan tekanan, dan menjaga
tahanan insulator dari tegangan tinggi antara 10 sampai 30 kV.
Kondisi
Normal, biasanya warna abu-abu merata atau merah bata dari ujung elektroda
hingga selongsong busi. Jika ada warna abu-abu muda, maka settingan karburator
terlalu irit bensin. Apabila ada warna gelap atau hitam pekat maka menandakan
setingan karburator terlalu boros bensin. Biasanya ujung busi basah, basahnya
ini basah oli bukan bensin. Karena ada yang bocor di mesin, bisa dari ring
piston goyang, bos klep bocor atau oli mesin terlalu banyak hingga seal klep
kalah atau bocor. Oli ini ikut terbakar di ruang pembakaran mesin dan
meninggalkan sisa basah oli. Biasanya pada motor 2-tak disebabkan karena
terlalu banyaknya campuran oli samping. Hal ini disebabkan karena kualitas
bahan bakar yang anda gunakan buruk atau jelek, ada campuran kotoran atau sudut
pengapian yang terlalu maju dan bisa jadi anda salah pilih jenis busi. Busi
yang rata, ini menandakan bahwa businya sudah kebanyakan diamplas jadi sudah
abis. Jika mengalami hal ini, maka hendaknya membeli busi yang baru, karena
jika dibiarkan terus maka dapat merusak mesin motor, cacat atau rusak, artinya
bensin yang digunakan jelek sehingga terjadi gejala detonasi (nglitik) atau
jarak elektroda busi terlalu jauh.
Dari jenisnya, busi yang beredar dipasaran
dibedakan menjadi dua, yakni busi dingin dan busi panas. Busi dingin adalah
busi yang digunakan untuk kendaraan jarak jauh, sedangkan untuk kendaraan yang
beroperasi di dalam kota dipilih busi panas. Satu merek busi pun tidak lantas
bisa digunakan untuk semua sepeda motor. Busi memiliki seri-seri tersendiri,
bisa saja suatu seri dari merek X lebih unggul, sedangkan untuk seri tertentu
merek Y lebih bandel dan tangguh. Penggunaan busi harus disesuaikan dengan
spesifikasi sepeda motor yang bersangkutan. Dari uji coba yang dilakukan,
penggunaan busi yang tidak sesuai spesifikasi akan berdampak buruk. Beberapa
kemungkinan yang terjadi, antara lain pertama, piston cepat rusak karena kepala
busi hangus; kedua, daya yang dihasilkan sepeda motor berkurang. Percikan api
yang dihasilkan oleh busi sangat berpengaruh pada proses pembakaran yang
terjadi di ruang bakar mesin bensin. Semakin sempurna pembakaran yang terjadi,
semakin balk daya mesin yang dikeluarkan dan gas buangnya juga lebih ramah
lingkungan. Hasilnya, selain umur busi lebih lama, kemampuan mesin pun
meningkat. Busi modern dibuat agar lebih tahan terhadap perubahan jarak (gap)
elektrodenya. Ujung elektrode busi semakin lama akan semakin aus akibat
percikan api dan panas saat proses pembakaran di mesin. Semakin renggang jarak
elektrodenya, lompatan api di busi akan semakin menurun dan akan menurunkan
kualitas pembakaran. Untuk memperbaiki kualitas pembakaran, ada sistem baru
yang dikembangkan dan saat ini sudah diterapkan, yakni penggunaan dua buah busi
pada ruang bakar, seperti pada sepeda motor Bajaj Pulsar DTSi. Penggunaan
busi tersebut akan menyempurnakan
pembakaran karena sumber api lebih besar dan lebih banyak sehingga perjalanan
untuk membakar campuran udara bahan bakar di ruang bakar lebih pendek dan
terbakar lebih sempurna. Untuk memilih busi yang sesuai, yang perlu
diperhatikan adalah spesifikasi dan bentuk elektrodenya. Pengalaman dari
pengguna merek tersebut, dan harga juga bisa dijadikan pertimbangan. Bentuk dan
elektrode busi ada dua macam, yaitu elektrode huruf V dan U. Keduanya jelas
berbeda, yang terlihat pada arah dan jumlah inti percikan api. Semakin banyak
inti, akan semakin balk pembakaran yang dihasilkan. Elektrode V cocok untuk
segala jenis mesin. Menurut uji coba yang dilakukan, kendati secara umum
produsen busi mempunyai kinerja maksimum sampai 20.000 km namun yang efisien
hanya 10.000 km. Setelah jarak tersebut, maka kemampuannya akan menurun. Anda
bisa mempertimbangkan apakah masih tetap menggunakan busi itu, tetapi
kemampuannya telah menurun sehingga kinerjanya menurun atau mengganti busi baru
sehingga kinerjanya bisa lebih optimal.
Cara kerja
Busi dapat bekerja jika tersambung ke CDI yang mempunyai tegangan ribuan Volt yang dihasilkan oleh lilitan penyala (ignition coil). Elektron yang terdorong masuk dari lilitan akan menghasilkan perbedaan tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping busi.
Arus tidak dapat mengalir karena adanya bensin dan udara di celah busi, namun jika semakin besar perbedaan tegangan, maka struktur gas di antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik gas yang ada, maka gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi sehingga arus dapat mengalir.
Dengan mengalirnya elektron, maka suhu di celah percikan busi naik drastis. Suhu yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi dapat memuai dengan cepat, sehingga terjadi ledakan kecil. Inilah yang disebut percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau gundala putra petir.
Busi dapat bekerja jika tersambung ke CDI yang mempunyai tegangan ribuan Volt yang dihasilkan oleh lilitan penyala (ignition coil). Elektron yang terdorong masuk dari lilitan akan menghasilkan perbedaan tegangan antara elektroda di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping busi.
Arus tidak dapat mengalir karena adanya bensin dan udara di celah busi, namun jika semakin besar perbedaan tegangan, maka struktur gas di antara kedua elektroda tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik gas yang ada, maka gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi sehingga arus dapat mengalir.
Dengan mengalirnya elektron, maka suhu di celah percikan busi naik drastis. Suhu yang sangat tinggi ini membuat gas yang terionisasi dapat memuai dengan cepat, sehingga terjadi ledakan kecil. Inilah yang disebut percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau gundala putra petir.
Perawatan
Jangan sembarangan pilih busi. Salah-salah, sistem pengapian
mesin mobil Anda dapat terganggu. Misalnya, percikan bunga apinya kecil atau
bahkan bunga api tidak memercik sama sekali. Bisa juga kesalahan memilih busi
mengakibatkan timbulnya gejala knocking (ngelitik).
Dua hal di atas terkait dengan peran busi dalam sistem
pengapian. Bunga api kecil biasanya karena nilai hambatan busi tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan pada sistem pembakaran. Sementara ngelitik muncul
biasanya karena pembakaran bahan bakar dipicu oleh panasnya busi, bukan oleh
loncatan bunga api. Jika kondisi ini dibiarkan, lama-lama akan merusak mesin.
Terutama piston dan silinder mesin yang mengalami keretakan.
Di buku manual juga diinformasikan kapan waktunya melakukan
penggantian. Penggantian biasanya harus kita lakukan setiap 20.000 km atau
sekitar dua tahun (kecuali busi yang terbuat dari bahan iridium yang tetap bisa
tahan sampai 100.000 km). Sedangkan tanda-tanda kapan harus mengganti busi:
tenaga mesin yang terasa kurang (pedal diinjak, tetapi mobil tidak mau lari.
Atau, mesin terasa brebet). Jika busi sudah rusak maka ujung elektrodanya sudah
habis dimakan usia sehingga besi ujung elektrodanya menjadi pendek
Tanda lainnya adalah mesin susah dihidupkan meskipun kunci
kontak berkali-kali diputar ke posisi “START”. Busi aus yang masih digunakan
pastinya juga akan menghasilkan emisi yang jauh lebih besar, sehingga ketika
mengikuti uji emisi, besar kemungkinan mobil tidak akan lulus uji emisi.
Busi mudah rusak biasanya karena kesalahan pemilihan busi
sesuai spek mesin. Terdapat perbedaan antara busi dingin dan busi panas, busi
dingin bisa menghantar panas dari ujung busi ke cylinder head sehingga suhu di
ruang bakar lebih rendah dan untuk busi panas bisa menghantar panas lebih
lambat sehingga suhu di ruang mesin pun lebih panas. Busi panas dianjurkan
untuk mesin yang mempunyai suhu pembakaran rendah karena dapat mencegah kerak.
Busi dingin dianjurkan untuk mesin yang bekerja di temperature lebih tinggi,
seperti mobil balap, mesin N/A ataupun force induction.
Daftar Pustaka
New
Step 1
http//:pengetahuan_busi.wordpress.com
(Selasa, 3 Januari 2012 jam 08.31 WIB)
http://blog.sewamobilsurabaya.com/?tag=ganti-busi
(Senin, 12 Maret 2012 jam 12.00 WIB)
http://www.modifikasi.com/archive/index.php/t-5679.html (Senin, 12 Maret 2012 jam 12.20 WIB)http://www.tkjlover.web.id/2011/03/ganti-busi-lihat-kode-dan-perhatikan.html (Senin, 12 Maret 2012 jam 12.45 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar