Rabu, 05 September 2012

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


Asssalamu’alaikum Wr. Wb.

Dan hendaklah kamu berbakti kepada kedua orang tua kamu. Karena berbakti pada kedua orang tua merupakan kewajiban yang paling Allah wajibkan. Hendaklah kamu berhati-hati dalam berkata-kata dengan kedua orang tua, karena dosa kepada mereka termasuk dosa-dosa yang paling besar.

“Jangan kamu menyembah selain kepada Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.”  Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua mengiringi perintah untuk menyembah Allah, hal ini menandakan bahwa betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua.

Bagaimanapun keadaan orang tua kita, kita wajib toat dan patuh kepada mereka. Terkadang ada orang tua yang ‘menyia-nyiakan’ anaknya, meskipun demikian masih tetap ada kewajiban anak untuk berbakti kepada mereka. “Berbaktilah kamu orang tuamu, maka anak-anakmu akan berbakti kepadamu.” (Hadist)

 Syaidina Umar pernah berkata: “Bila anak sakit maka bapak dan ibunya berusaha dan berdoa agar anaknya cepat sembuh. Akan tetapi bila orang tua yang sakit, maka anaknya mengeluh kapan orangtuanya cepat meninggal karena merasa letih mengurus mereka.” Celaka anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya.

“Hendaklah kamu bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tuamu.” (Hadist Qudshi).  Hendaklah mencari keridhoan kedua orang tua dan mentaati perintahnya selama perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah. Dan hendaklah kamu mematuhi larangan mereka, selama larangan mereka bukan untuk meninggalkan perintah Allah yang wajib. Jadi bila orang tua memerintahkanmu untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang berakibat kamu meninggalkan shalat sunnah, maka masih ada kewajiban bagi kamu untuk mematuhinya.
Dahulukan kepentingan orang tua di atas kepentingan kita. Utamakan urusan mereka dibandingkan urusan kita.

Nabi Musa AS. bertanya kepada Allah SWT.: “Ya Rabb….. Siapa gerangan yang akan menjadi temanku di Syurga?” Allah menjawab: “Silahkan kamu menuju ke pasar dan temui seorang tukang daging, karena dialah kelak yang akan menjadi temanmu di Syurga.” Nabi Musa AS. ingin mengetahui amalan istimewa apa yang dikerjakan oleh tukang daging tersebut sehingga mendapatkan kehormatan menjadi temanku di Syurga. Nabi Musa AS. kemudian menuju ke pasar dan ia memperhatikan apa yang dikerjakan oleh tukang daging tersebut. Nabi Musa AS. melihat tukang daging memisahkan potongan daging yang terbaik dan membungkusnya untuk dibawa pulang. Nabi Musa AS. menghampiri tukang daging tersebut, tukang daging tidak mengetahui bahwa orang yang menemuinya adalah Nabi Musa AS. seorang Rasullah. Setelah daging yang dijualnya habis, dengan ramah tukang daging menawarkan kepada Nabi Musa untuk singgah kerumahnya, tak lupa tukang daging membawa potongan daging yang ia pisahkan tadi dan membawa keranjang yang ditutup dengan tirai. Sesampainya di rumah, tukang daging memasak daging yang tadi di bawanya dan menghidangkannya untuk Nabi Musa dan iapun menyiapkan satu hidangan lagi. Nabi Musa memperhatikan perbuatan tukang daging tersebut, ia melihat tukang daging memasukan dua kali suapan ke arah keranjang yang bertirai dan baru memasukan satu suapan ke mulutnya. Tidak beberapa lama ada suara ketukan dari pintu, tukang daging beranjak pergi dan menemui tamu yang baru datang. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Nabi Musa, karena penasaran ia menyingkap tirai keranjang yang tadi dimasukkan makanan oleh tukang daging. Nabi Musa kaget, ternyata di dalam keranjang tersebut ia melihat ada 2 orang manusia yang sudah tua renta, karena saking tuanya terlihat seperti anak burung yang tanpa bulu, kedua orang tersebut  terlihat kurus seperti tulang berbalut kulit. Kedua orang tersebut tersenyum ke arah Nabi Musa, kemudian mereka mengucapkan dua kalimat syahadat: “Asshaduanlaa Illaaha Ilaallah Wa’ashaduu Musa Rasulloh.”  Kemudian kedua orang tersebut menghembuskan nafas terakhirnya. Tak lama kemudian tukang daging kembali, begitu melihat kedua orang tuanya telah meninggal, tukang daging tersebut mencium tangan Nabi Musa AS. dan diapun mengucapkan dua kalimat syahadat. Nabi Musa merasa heran dan bertanya, siapa yang memberitahumu bahwa aku adalah Rasullah? Tukang daging tersebut menjelaskan, keranjang yang aku bawa-bawa kemanapun aku pergi adalah berisi kedua orang tuaku yang sudah tua renta. Aku takut meningalkan mereka, karena khawatir dengan keselamatan keduanya. Aku tidak akan makan dan minum sebelum mereka makan dan minum terlebih dahulu. Sering aku mendengar kedua orang tuaku selalu berdoa agar jangan mencabut nyawa mereka sampai mereka berjumpa dengan Nabi Musa AS. Begitu aku melihat kedua orang tuaku telah meninggal, maka aku berkeyakinan bahwa engkau pastilah Musa Rasullah. Mendengar penjelasan tersebut, Nabi Musa AS. berkata: “Beruntunlah kamu, kerena kamu kelak akan menjadi temanku di Syurga.”

Bau harumnya Syurga akan tercium dalam jarak 1.000 tahun perjalanan. Ada beberapa golongan manusia yang tidak akan mencium harumnya Syurga, mereka adalah:
-        Orang yang durhaka kepada orang tuanya.
-        Orang yang memutuskan hubungan silaturahmi kepada saudaranya.
-        Orang yang masih melakukan dosa zina meskipun usianya sudah tua.
-        Orang yang memakai kain hingga menutupi mata kakinya karena kesombongan. Allah melarang kita berbuat sombong, karena kesombongan hanya milik Allah. Dalam budaya Arab seperti halnya di Yaman memang sudah menjadi kebiasaan mereka memakai kain jauh di atas mata kaki. Karena pada zaman Arab Jahiliyah memakai kain sampai di bawah mata kaki adalah untuk menunjukkan status kekayaan (kesombongan) mereka. Akan tetapi dalam kultur kebiasaan orang Indonesia, tidak terbiasa memakai kain terlampau jauh di atas mata kaki. Jadi masih dianggap wajar (tidak dianggap sombong) memakai kain mendekati mata kaki.

“Siapa orang yang dipagi hari menyenangkan orang tuanya dan ia juga membuat Aku (Allah) murka, maka Aku (Allah) ridho kepadanya. Dan siapa orang yang di pagi hari menyusahkan orang tuanya dan ia juga membuat Aku (Allah) senang, maka Aku (Allah) murka kepadanya.”

Ada seorang sohabat menemui Rasullah. “Wahai Rasullah aku tidak datang kepadamu untuk hijrah melainkan aku telah membuat menangis kedua orang tuaku.” Rasullah berkata: “Kembalilah kepada mereka, buatlah mereka senang, jangan kamu hijrah bila mereka tidak ridho atas apa yang kamu lakukan.”

Ada seorang sohabat yang meminta izin untuk ikut berjihad. Rasullah bertanya: “Apakah engkau telah mendapatkan izin dari orang tuamu?” Sohabat tersebut menjawab: “Belum, Ya Rasullah.” Rasullah berkata: “Kembalilah kepada mereka, minta ridho mereka, bila mereka ridho boleh kamu ikut berjihad bersamaku.”
Betapa pentingnya ridho dari orang tua, sehinga kewajiban berjihad yang begitu penting untuk menegakkan agama Allah, masih harus mendapatkan izin dari orang tua.

CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Diterbitkan dalam rangka mengajak untuk menghadiri Majlis Ta’lim AL KIFAHI AL TSAQAFY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar